Follow Us @farahzu

Thursday, August 23, 2007

BELAJAR MEMBERI, INISIATIF,,,ATAU BELAJAR INISIATIF UNTUK MEMBERI LEBIH DULU...

3:06 PM 0 Comments

Jadi panitia bidang acara PSAU (ospek fakultas) 2 hari kemarin mengajariku banyak hal. Tapi yang ingin kuangkat di sini hanya beberapa, yah, sesuai dengan judul tulisan ini lah..

 

Selalu, saat para feedbacker memberi evaluasi, aku berpikir, apakah yang mereka katakan (dan omelkan) pada para maba sudah mereka lakukan? Apalagi para komdis yang hanya bantu memberi stressor dengan suaranya yang na’udzubillah.. hanya menjalankan tugas mereka kah? Harusnya setiap kata yang keluar dari mulut-mulut mereka sudah mereka lakukan dulu sebelumnya. Kabura maqtan ’indallaahi antaquuluu maa laa ta’maluun...

 

Kalau ada maba yang tidak mengumpulkan essay karena belum sempat ngeprint, atau ga ada rental yang buka or alasan-alasan lainnya yang sebenarnya masuk akal –tapi tetap tidak bisa dibenarkan—mereka akan bilang, ”Kamu ga punya temen yang punya printer?” Kalau mereka bilang ’nggak’ yang sebenernya wajar karena mereka belum banyak kenal sebagai satu angkatan –tapi tetap tidak bisa dibenarkan juga,, kasian juga ya?? Memang begitu. Ada yang tau alasan logis kenapa mereka berkata-kata demikian??

 

Karena..

Pada sesi itu berlaku LOS (Level of Stress) 3

 

Trus, nyambungnya dengan judul? Ya, bahwa kita sebagai da'i (bagi yang merasa) dan manusia yang punya kehidupan sosial, memiliki inisiatif untuk memberi lebih dulu menjadi nilai lebih --tapi harusnya semua orang punya itu.

 

Saat menghadapi suatu keadaan, seorang yang matang (menurut saya) harusnya tidak hanya memikirkan dirinya sendiri, tapi juga sesamanya. Kenapa? Karena ia tidak hidup untuk dirinya sendiri, melainkan untuk manusia seluruhnya. Eh, tapi tetap diniatkan karena ALLAH. Karena ia paham kenapa ia diciptakan dan kini berada di dunia yang fana. Pernah kepikir ga, kalo dunia ini fana dan akan ada dunia lain yang kekal, kenapa kita harus mampir dulu di kefanaan kalo ga ada maksud dan tujuannya?

 

Balik lagi, ia paham kalau hidup adalah memberi manfaat pada manusia dan semesta. Minimal untuk orang-orang di sekitarnya.

Maka bagi yang tidak memberi manfaat,,,

 

ke laut aja

Belajar Memberi, Inisiatif, Atau Belajar Inisiatif untuk Memberi Lebih Dulu...

3:01 PM 3 Comments




Jadi panitia bidang acara PSAU (ospek fakultas) 2 hari kemarin mengajariku banyak hal. Tapi yang ingin kuangkat di sini hanya beberapa, yah, sesuai dengan judul tulisan ini lah..

Selalu, saat para feedbacker memberi evaluasi, aku berpikir, apakah yang mereka katakan (dan omelkan) pada para maba sudah mereka lakukan? Apalagi para komdis yang hanya bantu memberi stressor dengan suaranya yang na’udzubillah.. hanya menjalankan tugas mereka kah? Harusnya setiap kata yang keluar dari mulut-mulut mereka sudah mereka lakukan dulu sebelumnya. Kabura maqtan ’indallaahi antaquuluu maa laa taf'aluun...

Kalau ada maba yang tidak mengumpulkan essay karena belum sempat ngeprint, atau ga ada rental yang buka or alasan-alasan lainnya yang sebenarnya masuk akal –tapi tetap tidak bisa dibenarkan—mereka akan bilang, ”Kamu ga punya temen yang punya printer?” Kalau mereka bilang ’nggak’ yang sebenernya wajar karena mereka belum banyak kenal sebagai satu angkatan –tapi tetap tidak bisa dibenarkan juga,, kasian juga ya?? Memang begitu. Ada yang tau alasan logis kenapa mereka berkata-kata demikian??

Karena..
Pada sesi itu berlaku LOS (Level of Stress) 3

Trus, nyambungnya dengan judul? Ya, bahwa kita sebagai da'i (bagi yang merasa) dan manusia yang punya kehidupan sosial, memiliki inisiatif untuk memberi lebih dulu menjadi nilai lebih --tapi harusnya semua orang punya itu.

Saat menghadapi suatu keadaan, seorang yang matang (menurut saya) harusnya tidak hanya memikirkan dirinya sendiri, tapi juga sesamanya. Kenapa? Karena ia tidak hidup untuk dirinya sendiri, melainkan untuk manusia seluruhnya. Eh, tapi tetap diniatkan karena ALLAH. Karena ia paham kenapa ia diciptakan dan kini berada di dunia yang fana. Pernah kepikir ga, kalo dunia ini fana dan akan ada dunia lain yang kekal, kenapa kita harus mampir dulu di kefanaan kalo ga ada maksud dan tujuannya?

Balik lagi, ia paham kalau hidup adalah memberi manfaat pada manusia dan semesta. Minimal untuk orang-orang di sekitarnya.
Maka bagi yang tidak memberi manfaat,,,

ke laut aja

***

"Orang yang hidup untuk dirinya sendiri akan hidup dan mati sebagai orang kecil
Namun orang yang hidup untuk memberi manfaat pada orang lain akan hidup sebagai orang besar dan tidak akan pernah mati selamanya"  (Sayyid Quthb)

Monday, August 13, 2007

Tidak Perlu Menjadi Dia

4:08 PM 3 Comments
atau siapa pun. Setiap kita pasti punya bayangan ideal tentang manusia ideal, dengan berbagai perannya. Sebagai mahasiswa, profesional, orang tua, atau da'i. Namun tetap diri kita. Saya, Farah, atau anda.
Boleh-boleh saja memang kita mengagumi seseorang karena kelebihannya. Bahkan kekaguman itu bisa menjadi api penyemangat bagi diri-diri kita agar selalu menjadi lebih baik. Dan memang harus ada kemajuan dalam diri kita dalam setiap detik dan langkah dalam hidup.
Di sisi lain, tiap-tiap kita pun seharusnya kenal siapa diri kita, apa saja potensi dan kelebihannya, kekurangannya, serta bagaimana cara yang tepat untuk membuatnya menjadi hebat. Ya, setiap kita memang memiliki talenta untuk menjadi hebat. Tapi tentunya di bidang-bidang yang tidak sama dengan orang lain.
Jika kita berada bersama orang-orang cerdas dan sekilas menuntut kita untuk juga menjadi cerdas seperti mereka, ya berusahalah. Tapi tidak selalu berarti bekerja bersama orang cerdas lantas juga harus secerdas mereka. Walaupun, kalau bisa demikian. Namun tidak semua orang memiliki talenta untuk menjadi hebat dalam hal kecerdasan kan??
Makanya, pahamilah diri kita. Kekurangan dan potensi kita. Serta peran yang diharapkan dari kita. Pun kontribusi seperti apa yang bisa kita persembahkan dengan kondisi terbaik. Kalau kita tidak bisa menyamai mereka dalam hal yang sama, ya sudah. Dengan tetap berusaha meningkatkan potensi diri, lakukan saja yang terbaik yang kita bisa. Tidak harus sama dengan mereka. Wong kita punya potensi masing-masing yang berbeda kok.
Ya, lakukan saja yang terbaik yang kita bisa. Juga lakukan yang terbaik dalam setiap pekerjaan dan tugas-tugas yang diamanahkan ke pundak kita. Lakukan yang terbaik. Karena ALLAH akan membalas usaha hamab-Nya dengan setimpal. Mira n Dahlia said, "Kalau kita harus jadi back up, ya jadilah back up yang baik. Ga perlu menyiksa diri dengan menjadi inferior karena tidak bisa menyamai mereka".
Tidak semua orang hebat harus menjadi presiden bukankah??

SEANDAINYA AKU LAKI-LAKI

1:22 PM 7 Comments
Bukan dari tulang ubun ia dicipta
Sebab berbahaya membiarkannya dalam sanjung dan puja
Tak juga dari tulang kaki
Karena nista menjadikannyadiinjak dan diperbudak

Tetapi dari rusuk kiri
Dekat ke hati untuk dicintai
Dekat ke tangan untuk dilindungi
                                                                                    (entah siapa)

Subhanallah, betapa perempuan itu sesungguhnya mulia. Dan siapa pun yang mengaku sebagai PENGIKUT Rasulullah saw, harusnya mencontoh beliau dalam hal apa pun, salah satunya dalam memuliakan kaum perempuan.
Seandainya aku laki-laki, akan kumuliakan perempuan. Siapa pun dia, apa pun status dan pekerjaannya. Bila belum mulia, maka cara memuliakannya adalah dengan memberi nasihat yang baik. Karena meluruskan ’rusuk kiri’ dengan paksa hanya akan membuatnya patah. Tapi jika dibiarkan, ’rusuk kiri’ yang awalnya bengkok itu hanya akan bertambah bengkok (alhadits).
Seandainya aku laki-laki, akan kujaga kehormatan mereka sebisaku. Akan kuberikan hak-hak mereka yang ada padaku atau yang bisa kutunaikan untuk mereka. Akan kuberikan tempat dudukku di bis atau kendaraan umum apa pun untuk mereka, kaum hawa yang masih berdiri. Tak peduli berapa pun usia mereka. Tak juga harus menunggu hingga si ’hawa’ merasa atau tampak lelah.
Karena aku akan malu jika tidak melakukannya.
Karena aku mengaku ummat Rasulullah saw.
Tapi yang sering saya (asli sebagai kaum hawa) temui sekarang, sangat jarang kaum adam (entah hanya di negeri ini atau tidak) yang memberikan tempat duduknya untuk para perempuan yang masih berdiri. Jangankan memberi duduk pada seorang perempuan muda, ibu-ibu pun jarang yang bisa merasakan hal itu kini. Dan para lelaki itu (semoga anda yang membaca tidak termasuk) lebih senang berlaku STM (bukan short term memory, tapi seolah terbuai mimpi) atau pura-pura tidak melihat. Huuhh..menyebalkan.
Seandainya saya laki-laki.. perempuan muda pun akan saya beri tempat duduk jika kondisinya demikian. Apalagi jika ia membawa bawaan yang banyak atau berat. Walaupun saya sendiri mungkin sedang kelelahan.
Tapi sepekan yang lalu.. hari Senin pagi, saat bis sedang penuh-penuhnya dengan orang berangkat kerja dan anak kos yang akan kembali ke kosannya (seperti saya), saya dibuat sangat jengkel. Jengkel. Sekali lagi, jengkel. Tau kenapa?
Pagi itu saya berangkat dari rumah di Bekasi menuju Depok, membawa tas besar, ada laptopnya, ’amunisi’ lambung, dan beberapa potong pakaian,,kebayang beratnya kayak apa. Karena tertinggal bis pertama, saya naik bis berikutnya dan b.e.r.d.i.r.i.
Sengaja saya berdiri di depan dan belakang laki-laki (artinya ada lebih dari 1 orang laki-laki). Di sebelah saya, ada seorang laki-laki juga yang berdiri (tampang mahasiswa tapi polos banget kayak maba). karena berat, tas saya taruh di bawah dekat kaki saya. Ketika sang kondektur akan lewat dan meminta ongkos, saya mengangkat tas yang sangat besar dan terlihat berat itu dan mengambil dompet. Saat itu, hampir semua orang di situ melihat (ih, tu orang, bawa tas gede amat).
Pintu tol Jati bening... Satu orang yang duduk di bangku di antara saya dan pria polos turun. N.a.h..!! dengan sangat memalukannya, tanpa ba-bi-bu si cowok (ga sudi saya menyebut laki-laki/pria) polos itu duduk di tempat yang ditinggalkan kosong tadi. Heeeuuuuhhhh....Huff.. biarlah,, memang hanya ummat Muhammad yang memuliakan perempuan.
Setelah macet sangat lama dengan posisi masih berdiri di antara para lelaki yang duduk (kalo saya laki2, saya pun malu membayangkan suasana ini), akhirnya pintu tol Cawang menyambut. Hingga saat itu, tidak satupun diantara lelaki itu yang sadar atau tergerak. Lagi-lagi, saya menggumam..huff,, biarlah..memang hanya ummat Muhammad yang memuliakan perempuan..
Dasaaarrr.....
Ahad kok di kosan??
Agustus 12, 2007

KELUARGA BARUKU..

1:19 PM 0 Comments

          Siapa hayoo?? Bukan cuma temen2 di politik. Lebih dari itu. Keluarga BBM, Bersama Beri Manfaat. Di mana saling support dan mengingatkan kental terasa di dalamnya. Entah bagaimana, seperti otomatis, kami lekat satu sama lain, saling memberi semangat, dan tentu saja, MANFAAT.

          Padahal tanpa proses pembentukan kelompok dari Tuckman, maupun teori integrative model. Tanpa storming, dan semoga juga tanpa adjourning. Aamin..semoga terus berlanjut hingga termasuk persaudaraan orang2 beriman di akhirat kelak. Aamin.. Karena tujuan kami bersama jelas: memberi manfaat dan membawa kebaikan. Dan kami punya landasan ideologi yang jelas. Bukan sekedar mencari eksistensi.

          Ghozali yang konseptor abbizz, heggy yang lincah dan cerdas, adi yang ga pernah pelit pulsa dan suka bangunin lail, dian yang selalu memberi dorongan dari belakang, dahlia yang super tahan, jarwo yang super duper tenang, ade yang selalu mengagetkan dengan BERSAMA, harry yang selalu include walaupun banyak agenda, anggun yang slalu berusaha berkontribusi, ika yang pendiam namun konkret, dan anin yang perfeksionis dan rada nancebb, syedi yang slalu ceria... dan aku yang cerewet dan panikan...

          Terima kasih untuk semuanya..

BBM tetap berjuang

Mengungkap kebenaran, dan keadilan!

Walaupun hanya dari rumah,

Bekasi, 17 Juli 2007

Legislative?? Goodbye!!

1:17 PM 2 Comments

Semoga Allah mengabulkan doa yang implisit dalam kata-kata di atas. Huff..post power syndrome. Enak aja. Aku girang malah lepas dari power itu. Sekarang tidak ada lagi alasan untuk mengeluh, karena aku sudah mendapatkan yang kuinginkan. FUSI, departemen politik.

          Tapi subhanallah ya..adaa aja ujiannya. Semoga itu tandanya Allah sayang aku dan tak pernah mau meninggalkanku. Aamin.

 

Berkelana mencari keadilan dan kebenaran yg ternyata susah (atau mungkin ga ada?)

Ya, semua manusia itu unik, tapi tetap saja ada nilai2 universal bagi manusia di belahan bumi manapun ia berada. Kebenaran dan keadilan, misalnya. Mereka sulit ditemukan? Ya, karena jelas sekarang zamannya sedang seperti apa. Tapi PASTI ADA. Karena mereka kebenaran dan keadilanbersumber dari Dzat Yang Maha Benar dan Maha Adil. Rasanya semua orang yang sadar (beriman) pasti menyadari hal itu. So, sudah jelas.

 

Sindrom IRMAN dan idealisme

Kumohoonn.. sadarlah, saudaraku. Lihatlah ke dalam dirimu sendiri. Tak pernah kah kau berintrospeksi? Sudah berapa usiamu terbuang kini? Dirimu berkontribusi dalam penyebaran virus-virus yang melemahkan itu. Lalu idealisme. Yang menjadi pertanyan selanjutnya bagiku justru, masihkah kau miliki idealisme itu???

 

Sungguh, ketika aku bilang, sebenernya saya ga peduli nt mw percaya/ga sama FUSI dan orang2nya. Tapi hak ummat yg dibebankan ke nt tetap wajib ditunaikan. Sebenarnya, aku sangat peduli padamu. Karena kau saudaraku. Terserah, justru yang aku tidak peduli adalah, tergabung dalam jamaah manakah engkau. Salafi, silahkan. Tarbiyah, monggo. HMI, no problem. Aku tidak akan meributkan hal itu. Selama kau masih beraqidah dengan lurus dan bersih. Kau saudaraku. Tanpa peduli apakah kau sudi menjadi saudaraku atau tidak.

Anak Jalanan Kembang Metropolitan

1:13 PM 0 Comments

Menjadi fasilitator lukis anak-anak jalanan, menyadarkanku akan sebuah realitas. Awalnya aku hampir merubah skema yang telah lebih dulu ada dalam pikiranku, bahwa aku jadi akan mendampingi anak-anak jalanan yang selama ini selalu kuiringi dengan kasihan..

          Tapi kemarin, anak-anak itu bersih. Rapi. Terawat. Berpakaian dengan sangat layak. Bahkan beberapa berkacamata cukup bagus. Makanya kupikir, pesertanya bukan anak jalanan. Hanya komunitas-komunitas pengembangan anak, misalnya.

          Akhirnya aku yakin kembali setelah dicerahkan mba Wiwit. Bahwa mereka memang anak jalanan. Tapi..(ini dia yang ditunggu) mereka tidak pure hidup di jalanan. Hanya bekerja di jalan. Biasanya mereka masih punya orang tua. Hanya dimanfaatkan oleh ortunya untuk ikut mencari nafkah (demikian akhirnya aku menyimpulkan sendiri). Anak-anak yang benar-benar hidup di jalan, memang masih ada. Tapi tinggal sedikit. Tapi masih ada.

          Mereka, anak-anak dari SOS Desa Taruna yang kudampingi, lebih cerdas dari yang kukira sebelumnya. Lebih terdidik. Maklum, rata-rata berusia 8-14 tahun, dan termasuk beruntung bisa sekolah. Dan mereka menampakkan karakter aslinya: anak-anak. Anak-anak dan remaja (sangat) awalyang sewajarnya memang sangat suka bermain dan menjadikan apapun sebagai mainan. Mereka masih saling berkejaran dan saling mencorengkan cat ke wajah temannya saat melukis. Atau mengeluarkan candaan-candaan yang lazim ditemukan pada anak seusianya.

Anak-anak malang. Seharusnya mereka asyik bermain dan sibuk belajar seperti anak-anak lain seusianya. Bukan malah terjun ke kehidupan nyata orang dewasa yang sangat berbeda dengan dunia anak-anak mereka: keras, penuh perjuangan.

 

Fakir miskin dan anak terlantar dipelihara oleh negara...(sepertinya pernah dengar dan hafal..atau sekedar khayalku?)

 

Seperti di warung kopi (??)

14 Juli 2007