Follow Us @farahzu

Monday, February 27, 2012

Kelamaan

9:51 AM 4 Comments
Setelah beberapa waktu lalu saya posting tentang ‘Kebaruan’,
saya nemu tulisan lagi nih yang mudah-mudahan bisa melengkapi tulisan sebelumnya. Hehe.. Meskipun dari kata di judulnya bertolak-belakang (Kebaruan dan Kelamaan), Insya Allah isinya sama-sama positif dan semoga bisa menggerakkan.
Oh iya, ini tulisan seorang kawan, bukan tulisan saya ;) Cekidot.

Kelamaan

Disaksikan lapangan badminton dan satel kok...

Jika Anda penggemar timnas sepakbola Indonesia, pasti sangat gemas rasanya jika melihat seorang Boaz Salosa yang alih-alih menyepak bola malah pamer skill dalam "menggoreng" bola hingga akhirnya malah tersungkur mencium rumput karena ditekel bek lawan. Padahal banyak ruang terbuka untuk membuat gol. Sudah hampir pasti sesudahnya kita akan mendengar teriakan kekecewaan atau makian ala kebun binatang, dari penonton yang duduk di stadion maupun yang duduk (tidak lagi) manis di depan tipi...

.... Bagi pemirsa penikmat sinetron ababil (baca: abege labil), salah satu adegan yg sepertinya menjadi menu wajib adalah di mana seorang cowo ingin nembak cewe yang ia suka...tapi ga jadi padahal momennya udah pas dan bisa jadi cewenya juga suka tapi nunggu tuh cowok untuk berani bilang cinta...dan para remaja labil tersebut bergumam "b*go banget sih tuh cowo!”

.....Satu lagi momen yang mungkin akrab dengan kita (kita? Loe aja kali...) Adalah ketika secara tidak beruntung kita naek angkot yang sopirnya perfeksionis... Angkotnya ngetem dan hanya tersisa satu kursi...sopir pun memainkan gas...maju mundur seakan-akan angkot akan jalan...(Kalo menurut saya inilah salah satu keahlian sopir angkot...yaitu...kemampuan menggantung harapan para penumpang untuk tetap menunggu..sekedar 5 menit lagi yg kadang tanpa sadar menjadi 15 menit). Akhirnya waktu terus berjalan...dan keringat penumpang pun bermulai bercucuran seperti di iklan minuman berionisasi... alhasil alih-alih mendapatkan 1 penumpang si sopir perfeksionis,,,malah kehilangan seorang penumpang yg tanpa basa-basi lagi langsung hengkang dari tempat duduknya...mencari angkot lain yg GPL (ga pake lama).

Tiga ilustrasi di atas..adalah skenario yang membuat gemes, kesel, atau bahkan frustrasi jika ada di dalamnya. Bagaimana tidak ketika kita bisa jadi sangat dekat dengan peluang keberhasilan (apa pun tujuan yang ingin dicapai) akhirnya peluang tersebut malah lenyap karena eksekusi yang tak kunjung menjadi nyata...

Bisa jadi Allah menghadiahi kita dengan banyak sekali peluang keberhasilan tiap harinya...namun alih-alih menyambutnya kita malah lalai mensyukurinya dengan menyempurnakan ikhtiar...

Dan kebayang kan bisa jadi Tuhan sejak lama sudah amat sangat gemes dengan kita yang tak menyambut rencana-Nya untuk menjadikan kita orang besar... Jadi kalo ditanya kepada penulis berapa kali ia mengalami skenario seperti di atas jawabnya adalah ratusan (seperti jawaban seorang anak di iklan wafer tango).

Dan hanya Tuhanlah yang tahu seberapa gemes diri-Nya terhadap penulis... Penulis mendefinisikan fenomena di atas sebagai fenomena "kelamaan"...udah ah jangan kelamaan baca tulisan ini...siapa tahu Tuhan sudah tambah gemes kepada anda karena telah melewatkan satu peluang lagi...seperti kata Nike: just do it! Dan seperti kata Adidas: Impossible is Nothing....ayo jangan kelamaan (jerejebjeb...nusukmodeon).

***

Nah lhoo.. :D

Wednesday, February 15, 2012

Tidak Semua yang Beredar Terang-terangan itu Makanan Halal

12:15 PM 13 Comments
Akhir-akhir ini saya resah. Banyak sekali restoran tanpa sertifikat halal menjamur di mana-mana. Konsumennya, tidak lain banyak pula orang Islam, banyak muslimah berjilbab juga tampak menikmati.

Terlepas dari isu-isu yang digulirkan dalam persaingan usaha, menurut saya tetap sangat aneh kalau ada restoran halal yang tidak merasa perlu mengurus sertifikat halal dari MUI, sedangkan ia mengurus segala keperluan untuk mendapatkan izin BPOM. Ya ngga? Kalau warung-warung pinggir jalan dan usaha kecil, apalagi yang penjualnya kita kenal atau yakini pemahamannya tentang kehalalan, wajar saja, tidak mengurus sertifikat halal dari MUI, tidak pula mengurus izin BPOM. Modal terbatas. Belum ada merk. Tidak ada sumber daya untuk urus itu. Tapi untuk restoran besar yang hampir ada di setiap mall?

Masalahnya, masyarakat kita masih terlena. Saya baru menyadari waktu sedang keluar kantor dan mencari makan untuk pak supir. Saya sudah makan, pak supir belum, kawan saya mau makan lagi #dasar. Kawan saya yang non-muslim, tentu saja tidak masalah mau makan di mana. Dia mengajak ke s*laria. Saya dan pak supir solat dulu. Lalu sambil jalan, saya bilang, “Di KF* (junk food) aja yuk Pak, s*laria kan belum halal”. Nah si bapak kaget, “Hah, masak sih? Kok sudah beredar di mana-mana dan boleh-boleh aja??”

Nah itu dia, kebanyakan kita masih terlena dan belum berhati-hati. Tidak seperti di negara bukan muslim yang secara otomatis kita akan lebih selektif memilih makanan halal; di Indonesia, karena kebanyakan muslim, jadi orang merasanya aman-aman saja. Padahal tidak lho… Hati-hati banyak jebakan!

Kawan-kawan saya juga banyak yang baru menyadari. Saya juga bukannya sudah sadar dari dulu sih. Sering terjebak juga karena kurang hati-hati. Alias kurang concern dengan kehalalan makanan yang saya konsumsi. *sedih.

Hati-hati, selain makanan haram itu akan digodok di neraka (na’udzubillaahi min dzaalik), makanan haram yang dikonsumsi bisa menghambat terkabulnya doa juga lho *saksi.

Pernah dengar cerita tentang istijabahnya doa Sa’d bin Abi Waqqash?

Suatu ketika Rasulullah saw menawari Sa’d untuk beliau doakan. Bahasa kitanya, 'kamu mau kudoakan apa, Sa’d?' Kalau Nabi saw bertanya itu padamu, kamu mau minta apa? Kehidupan yang baik? Keluarga yang menjadi penyejuk mata? Bertetangga dengan beliau di surga?

Nah, cerdasnya Sa’d, ia menjawab, “Doakan aku ya Rasulullaah, agar doa-doaku sendiri mustajabah”. *Keren yah.

Lalu, apa kata Nabi saw.? “Bantulah aku hai Sa’d, dengan memperbaiki makananmu.” Dan Sa’d benar-benar menjadi orang yang selalu diijabah doanya.

Perbaiki makanan yuuuk!

Men are from Mars, Women are from Venus

7:49 AM 2 Comments
women from venus

Rating:★★★★★
Category:Books
Genre: Reference
Author:John Gray, Ph.D, (1992, April 2009)
Yang terlintas dalam pikiran saya ketika membaca buku ini, yang pertama tentunya wajah ganteng abang saya, kemudian berturut-turut rekan-rekan pria saya, yang ternyata selama ini telah banyak saya zhalimi. Saya minta maaf T_____T

Maaf saya cerewet, saya tidak tau kalau banyak nasihat itu melukai harga diri pria yang konon katanya sangat penting itu. Saya sungguh kesulitan untuk ‘menerima’ kepribadian mereka apa adanya tanpa berusaha mengubahnya agar sesuai standar saya *kejam sekali ya saya.

Judul yang sangat unik untuk buku ini sangat membantu kita dalam mengingat isi buku ini. Meskipun suatu saat kita lupa isi buku ini, kesadaran bahwa laki-laki (Mars) dan perempuan (Venus) itu memang berbeda dapat membuat kita lebih sabar dan bijak dalam berinteraksi dengan lawan jenis, sehingga sangat membantu meminimalkan perselisihan.

Ya, ternyata ‘dua makhluk’ ini memang banyak bedanya. Ketika menghadapi masalah, laki-laki butuh masuk ke ”gua”nya; sedangkan perempuan, biasalah, bercerita adalah caranya untuk melepaskan ketegangan, bukan untuk mencari solusi.

Bagi laki-laki, memberi saran konkret ketika perempuan curhat adalah sebentuk dukungan, padahal dengan begitu si wanita malah merasa tidak dipahami; karena ia hanya butuh didengarkan.

Bagi perempuan, perhatian adalah sebentuk ekspresi cinta. Tapi bila laki-laki selalu diberi perhatian, ia akan risih. Perhatian-perhatian itu mengecilkan hatinya, karena ia merasa dianggap tidak mampu mengurus dirinya sendiri. Sssst, ini kita-kita aja ya, ternyata laki-laki punya kebutuhan untuk dikagumi lho. Haha, ternyata yah ^_^v

Untuk wanita: jangan cerewet memberi saran kalau tidak diminta!

Siklus emosi pria seperti karet gelang. Saat sudah dekat, ia melemas. Karena itu ia perlu meregang, menjauhkan hubungan sementara, agar ia bisa kembali dengan penuh ‘tenaga’ setelah regang terjauhnya *jadi sakit ih, kebayang keselepet karet :p. Sedangkan perempuan, siklusnya seperti gelombang (transversal, inget ga?) Naik-turun. Ketika turun, ia harus mencapai titik terendah dulu untuk bisa kembali naik lagi.

Jauh di dasar hatinya, pria mempunyai keyakinan keliru bahwa ia tidak cukup baik. Pria punya ketakutan untuk gagal. Semakin besar ia mencintai, semakin besar ketakutan itu. Dan perempuan, keyakinan kelirunya adalah ia tidak cukup layak untuk menerima, maka ia memberi terus-menerus, lalu lelah, memuncak, bisa meledak.

Di buku ini banyak sekali fakta lain tentang pria dan wanita yang saya baru tau hingga akhirnya menyadari kesalahan saya sebelumnya. Juga tips berkomunikasi yang efektif, karena ternyata pendengaran pria itu tidak sama dengan pendengaran wanita. Coba, apa bedanya ‘bisa tolongin saya bawa buku ini ga?’, dengan ‘mau tolongin saya bawa buku ini ga?’. Ternyata efeknya beda banget! Maklum saja, beda bahasa planetnya :D Maka untuk lebih informatif, baca ajaaa.. hehe.. buku penting!

Baca Juga: Populer Itu Penting

Sumber gambar: http://www.bukabuku.com/browses/product/9789796052103/men-are-from-mars-women-are-from-venus.html

Monday, February 13, 2012

Diet Carbo

12:59 PM 19 Comments
*uhuy banget judulnya*

Yaap, dua pekan ini saya coba-coba diet karbo. Bukannya sama sekali ga makan nasi sih.. Tapi saya hanya makan nasi waktu sarapan, karena sarapan adalah makan paling penting di mana energi sangat dibutuhkan untuk beraktivitas.

Bukan karena merasa gemuk sebenarnya. Begini ceritanya. Dari 4 orang di ruangan saya, 2 orang sedang diet. Lalu entah kenapa saya malah iseng dan suka ngeledek, caranya dengan makaaaaaaannn melulu.. Nah! Pas sampai rumah dan nimbang berat badan, o,ow, kualat nih, naik 2kg. hihi..

Tentunya rekan sepakat, jauh lebih mudah mengurangi berat badan ketika masih kelebihan 2kg, daripada nanti ketika sudah lebih 5 atau 10 kg kan? Jadilah saya ikutan temen saya yang diet karbo.

Sarapan makan normal. Siang makan sayur, tempe, atau tahu. Karena di kantor, males misahin duri ikan, jadi tempe tahu ajah. Hehe.. malamnya ga makan, diganjel buah atau bikin agar-agar. Pokoknya variasi gizi ada di sarapan. Pola ini ga sama dengan teman saya itu, tapi masing-masing lah ya..

Oh iya satu lagi. Kalau berangkat, saya biasa motong jalan lewat selasar balairung. Selama program ini, saya sengaja ga motong jalan, melainkan mengambil jalan melingkar yang lebih jauuuuuhhh… tujuannya, apalagi kalau bukan olahraga. Hihi, lumayan, dari kosan ke kantor bisa 25 menit jalan kaki, tiap hari, belum termasuk jalan kaki pas pulangnya :D

Alhamdulillaah, baru 3 hari, pas saya nimbang lagi, kok, udah turun ya 1,5kg? :D udahan ah dietnya. Haha, ini beneran bikin temen saya yang udah lama diet jadi sewot karena dia susah banget mau nurunin berat, sedangkan saya baru 3hari. Haha..

Tapi, udah mulai kebiasaan dan ngerasa enak dengan ga makan nasi. Jadi saya terusin. Bener loh kata orang-orang, perut lebih enak kalau ga makan nasi.

Banyak orang bilang, ‘Orang Indonesia mah belum makan namanya kalau belum makan nasi’. Padahal, nasi / beras kan bukan makanan asli Indonesia lho.. Kita impor bibitnya. Jadi ingat jaman kuliah Psikologi Lingkungan dulu. Makanan pokok asli Indonesia itu sagu, singkong, ubi, jagung. Sudah terberi, pengolahannya mudah dan biaya prosesnya jauuuuuhhh lebih murah daripada beras :D

*iseng

Tuesday, February 7, 2012

hikmah-1

1:38 PM 0 Comments
Bagaimanapun, *lhoh, tiba-tiba kok bagaimana*, di tengah kekalutan dan kegalauan serta kebingungan, aku bersyukur.

Tahukah engkau sahabatku,
Beliau baru saja menyatakan keseriusannya di hadapan keluargaku. Baru beliau sendiri, belum resmi membawa keluarganya.

Nah. Keluargaku langsung bergerak cepat mencari gedung melalui WO yang telah kami percayai. Tentang gedung. Budget. Tanggal. Budget lagi. Baru itu.

Sungguh kita semua telah tahu, sunnah kekasih kita saw. adalah mempercepat pernikahan setelah khitbah. Tapi apa daya ternyata gedung memiliki entahlah, semacam otoritas yang menentukan tanggal pernikahan kita.

Tidak keluar opsi untuk di rumah karena ternyata telah disepakati beliau juga, agar tidak mengurangi hak pemakai jalan *rumahku di pinggir jalan ramai. Tapi tidak juga ada opsi memilih gedung yang lebih sederhana atau terjangkau. Yang terbaik, sebisa mungkin.

Bingung lagi bahkan ketika tanggal sudah tidak bermasalah meskipun jadi lamaaaaa sekali. Biasalah, budget. Tapi kayaknya sih orang tuaku menyanggupi saja untuk porsi lebih besar. Tapi tetap saja tak enak dengan pihak prianya kecuali disepakati nantinya. Ya, aku dikasih pr untuk menanyakan tentang itu pada ayah. Tunggu besok.

Beliau, entah ya, menanggapinya dengan ringan sekali. Menyatakan ini situasi menantang, yang insya Allah tentu akan kita hadapi lagi di masa yang akan datang. Akupun tenang. Lebih lapang. Alhamdulillah.

Lalu pagi.
Pr dari beliau juga untuk mulai menanyakan kakakku tentang rincian budget pernikahannya beberapa waktu lalu. Lalu kulaporkan padanya rinci, via e-mail. Terlihat berat. Lalu apa tanggapannya?

"Wow, informasi yang menarik" dengan emoticon " ^^ "

Lalu menelfon, membicarakan hal itu.

Subhanallaah, Alhamdulillaah, bersyukur sungguh aku dipertemukan dengannya. Dan tentu saja berterima kasih terlalu banyak padamu.. Tenang, sabaaaaaaaarrr, lapaaaaaang, dewasaaaaaa, dan, berwibawa sekali. Bocah-bocah dalam diriku terdiam, menyisakan ruang untuk diri dewasaku.

Bismillaah.