Follow Us @farahzu

Friday, October 19, 2012

masakan rumah

10:50 AM 2 Comments
"Kamu gak tau sih gimana rasanya kalau sudah terikat dengan masakan rumah"

Hhhmmm hehe..hehe.. saya jadi cengar-cengir sendiri waktu suami sambil agak manyun serius bilang gitu. Awalnya sih saya nanya. Berhubung beliau pulang malam terus dengan kondisi kelaparan *ih kodong (kasian), kenapa ga makan di kantor aja dulu…

Hehe..kenapa cengar-cengir? Ya iyalah.. istri mana yang ga geer dibilang gituh.. apalagi buat istri yang ga bisa masak kayak saya. Eh tapi, ternyata saya bisa masak loh.. *boleh percaya boleh ngga* Yaaah walaupun hanya masakan sederhana kayak sayur bening dan numis-numis. Haha..itu mah siapa juga yang gak bisa karna saking gampangnya >.<

Anyway… alhamdulillah saya bahagia ;)

Wednesday, October 17, 2012

Makassar Part 2; Anak-anak dan Seliter Bawang Merah

10:05 AM 4 Comments

Lingkungan kontrakan kami cukup ramai dengan anak-anak. Dari balita sampai SD. Kesan saya tentang mereka mirip dengan kesan saya terhadap anak-anak di Depok; supel. Mereka yang mulai menyapa kami, memanggil kami bila berpapasan dari jauh, main-main di teras rumah kami, nanya-nanya sedang melakukan apa dan sama siapa, bahkan bantu nyapuin teras juga pernah. *kerajinan*
Waktu saya dan suami baru tiba Selasa dini hari (9Okt), paginya kami membongkar rumah, bersih-bersih, menata kembali barang-barang. Anak-anak yang baru pulang sekolah itu menghampiri, nempel-nempel di tembok depan, ngeliatin, minta ditanya. Hehe.. Aku bertanya nama, rumahnya di mana, kelas berapa… lalu, “Tante dari mana?” Ada juga waktu suami saya sedang di teras, seorang anak laki-laki menghampiri, “Lagi apa Om?” “Bersihin kipas”, jawab suami. “Sama siapa Kita?”, anak itu bertanya lagi. “Sama istriku”, jawab suamiku. “Mana?”, “Lagi di kamar mandi, ga boleh”, kata suamiku. Hahaha..
Beberapa hari kami di sini, teras kami mulai ramai dengan anak-anak bermain. Apalagi kalau libur, meskipun kami sedang tidak membuka pintu. Mengintip sedikit dari jendela, mereka langsung nyengir, “Tanteeeee!”… Beberapa juga suka main ke dalam rumah. Lucunya, “Ada kue ta?” :D
Naaahh trus uniknya lagi di sini kalau belanja ke pasar kawan… Bingung aja gitu waktu beli bawang, “Berapa bu?” Jawab penjualnya, “Lima ribu setengah liter”. Uuhhmm, saya dan suami sempat melongo sebentar. Bawang? Literan? Oh, ternyata di kasih wadah literan beras, masukin bawangnya padat-padat, sampai penuh wadah itu. Itu namanya bawang setengah liter ^^. Terus lagi, beli telur, ga ngaruh mau beli berapa kilo, dihitungnya perbutir. Kalau telurnya lagi besar-besar ya untung, kalau kecil-kecil? Yap, rugi, karena harganya sama.
Hhmm sekarang tentang makanan. Saya ini maniak bakso. Dan di sini susah nyari bakso,, hiks.. Di ajak suami makan bakso yang paling lumayan dan paling mirip dengan di Jawa, lumayan jauh. Rasa daging baksonya lumayan, tapi tetap saja disesuaikan dengan lidah orang Makassar, pakai buras (semacam lontong bersantan), lalu mi-nya menurut saya agak aneh. Kuning agak kering. Bukan belum matang, tapi memang segitulah matangnya. *Kangen bakso jawa..  
Begitulah, kata Sayyidina ‘Ali ra, jarang bertemu itu menumbuhkan rasa rindu. Mamah, ayah, kakak, aku kangen… hiks..
Suamikuuuuu cepet pulang yaaah ^_^ <3

Monday, October 15, 2012

Makassar Part 1: Pete-Pete dan Universitas Indonesia

12:02 PM 3 Comments


Bismillaahirrahmaanirrahiimm..
Sejak menikah dan pindah domisili ke Makassar, saya punya hobi baru, Saudara. Yes, Makassar, membuat saya punya hobi mandi. Panasnyeeeeuu manteb beneeeeerr… Kalau bukan karena ingin mendampingi suami dalam suka dan duka… *ciyeeeeegueeee :D
Berhubung Pulanu Sulawesi ini cukup jauh dari Jakarta kawan-kawan, sangat dapat dimaklumi banyak sekali perbedaan dan keunikan yang saya temukan di sini. Tulisan ini dibuat sebelum genap 1 pekan saya tinggal di sini (kurang 1 hari sih, hhe), tapi sebenarnya sudah lamaaaa saya ingin share, terutama untuk kawan-kawan yang tidak berdomisili di pulau ini, lebih terutama lagi buat kawan-kawan di Jabodetabek.
Yang pertama ya itu tadi. Di sini panasnya manataapp. Nyengat banget. Ngangkat jemuran aja saya payungan coba. Hehe, mungkin lebay, but it’s true dude! Kalau panasnya agak mendingan, ga pake payung sih, tapi teteeup mesti oles sunblock dulu >,< 
Di sini kendaraan bermotor banyak sekali. Bahkan becak yang di Bekasi masih digowes sama abangnya, di sini lebih banyak bentor, becak motor. Karena itulah, selain panas, di sini juga berdebu. Ada juga angkot. Di sini disebut pete-pete. Kalau di Jawa, rute angkot itu ditandai dengan angka atau kombinasi huruf dan angka, pete-pete rutenya pakai huruf. Pete-pete A, B, C, ….H, I, J…kurang tau deh sampai huruf apa. Tapi ada satu pete-pete yang pakai angka. Pete-pete 05, menuju kampus Universitas Hasanuddin. Lainnya tidak.
Ada lagi yang menarik dari pete-pete. Tarifnya, jauh-dekat Rp3.000,- Hhmm lumayan. Lumayan rugi maksudnya kalau tujuan kita dekat. Tapi kalau tujuan jauh sih nyamaaaann.. Hehe..kayak Trans Jakarta. Trus yaaa yang lebih unik lagi menurut saya, pete-pete ini rutenya customized. Tergantung permintaan penumpang. Makanya, jangan sampai lupa nanya abangnya sebelum naik, melewati tujuan kita atau tidak. Jadi tuh supir pete-pete rela mengambil jalan berputar yang jauh hanya untuk menurunkan satu atau dua penumpang yang request suatu tujuan. Ckckck, hebat, padahal bayarnya ga nambah, tapi mau aja mengorbankan bahan bakar dan waktu untuk mengantar. ^_^
Terus lagi nih, masih tentang pete-pete. Saya jadi ingat saudara saya yang punya angkot. Sehari, dua hari, tiga hari, angkotnya utuh. Hari keempat, radio sudah hilang, dijual sang supir. Ga usah nanya lagi tentang speaker deh. Kalau di sini, beda banget deh. Mereka menyediakan live music yang kebanyakan lagu daerahnya. Bahkan beberapa pete-pete dilengkapi dengan TV layar datar yang gede, memutarkan video klip dan lagu-lagu daerah, ditaruh di tempat penumpang. Subhanallaah, berarti untuk penumpang kan, bukan untuk si supir sendiri? Niat menghibur dan memberi pelayanan ekstra pada penumpang cukup perlu saya kasih jempol ;)

Naaaaah siapa di sini mahasiswa atau lulusan UI? Yeep Universitas Indonesia..
Suatu ketika suami saya pernah ditanya oleh orang Makassar asli, “Kuliah di mana Kita?” (‘kita’ berarti ‘kamu, anda’). Suami saya menjawab, “Di Universitas Indonesia”. Eeeh orang itu malah bertanya lagi, “Oh ada juga Universitas Indonesia di Jawa??”
Hahaaa saya pengen ketawa.. Ternyata di sini ada juga kawan, Universitas Indonesia Timur.
:D
Sekian dulu aaaaah, kapan-kapan sambung lagi.. Semoga segera. Saya rindu nge-blog, huhuu..